Mengapa memilih Syaikh Al Albaani Bag 1

the_way_of_the_salaf

A. Mengapa Kami lebih memilih menimba ilmu dari syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany daripada lainnya???

Perkataan Syaikh Muhammad ‘Ied Abbaasi

Mungkin ada yang berkata: Kalian hanya terpaku pada Syaikh Al Albaani semata, kalian tidak menimba ilmu dari ulama lainnya dan tidak mempercayai yang lainnya. Padahal masih banyak ulama lain. Bukankah itu menunjukkan sikap fanatik kalian terhadapnya??

Jawaban terhadap pertanyaan ini:

Banyak sekali alasan mengapa kami LEBIH memilih menimba ilmu dari Syaikh Al Albaani dan mendalami ilmu agama dari beliau.

Alasan yang paling kuat adalah: Kami yakin seorang muslim muqallid muttabi’ harus mengambil ajaran agama dari seorang alim mujtahid. Ia tidak boleh taklid kepada muqallid seperti dirinya. Al Buuthi mengakui sendiri hal ini dalam kitabnya berjudul Laa Mazhabiyah halaman 56, seperti yang ia nukil dari perkataan Ibnu Qayyim al jauziyyah:

“Seorang muqallid tidak boleh berfatwa dalam agama Allah yang ia hanya bisa taklid dalam masalah tersebut dan ia tidak memiliki ilmu tentangnya, kecuali perkataan orang yang diikutinya. Ini merupakan ijma’ seluruh kaum salaf. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Imam Ahmad dan AsySyafi’i.”

Dan Al Buuthi menyetujui hal ini.

Ia juga menukil perkataan Ibnu Qayyim al Jauziyyah dan ia menyetujuinya:

“Jika seseorang mendalami ilmu fiqh dan menelaah beberapa kitab fiqh, namun masih kurang dalam ilmu Al Qur’an dan AsSunnah serta atsar Salaf, masih kurang dalam beristimbath dan memilih pendapat yang kuat, apakah boleh taklid kepadanya dalam hal fatwa?? Dalam masalah ini ada 4 pendapat: Pendapat yang benar adalah, masalah ini ada perinciannya, jika si penanya atau yang meminta fatwa sanggup memperoleh fatwa seorang ulama yang dapat membimbingnya, maka tidak boleh baginya meminta fatwa kepada orang yang seperti keadaannya. Dan orang seperti itu tidak boleh disebut ahli fatwa selama alim ulama tersebut masih ada.”

Jika kita terapkan perkataan tersebut sekarang ini, kita lihat orang-orang yang mengaku ulama dari kalangan orang-orang yang menisbatkan diri kepada salah satu mazhab yang empat, namun sebenarnya mereka adalah muqallid dan jahil –berdasarkan pengakuan al Buuthi sendiri-. Ia menyebutkan dalam kitab tersebut halaman 42, bahwa seluruh ulama mazhab sekarang ini adalah muqallid, mereka bukan ulama dalam arti sebenarnya. Jika demikian keadaaan mereka, bolehkah seorang muslim yang jahil bertaklid kepada salah saorang dari mereka padahal masih ada alim mujtahid selain mereka? Jawabannya tentu saja tidak-berdasarkan perkataan al Buuthi sendiri-.

Salafiyyun tentu sudah tahu hal itu, mereka tidak membolehkan diri merka taklid kepada salah seorang ulama mazhab tersebut,karena pada hakikatnya mereka itu para muqallid. Maka salafiyyun mencari ulama-ulama yang tidak menisbatkan diri mereka kepada salah satu mazhab. Mereka menemukan seorang alim yang benar-benar hakiki, seorang alim Mujatahid, dia adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaani. Mereka dapati beliau adalah orang terpercaya dalam ilmu dan agamanya. Beliau menyampaikan kepada mereka hukum-hukum Allah dan RasulNya, bukan hukum mazhab ini dan itu. Beliau juga menyebutkan kepada mereka dalil-dalil dari Al Qur’an dan AsSunnah atas setiap hukum. Beliau tidak mengatakan kepada mereka: ”Dalam masalah ini ada dua pendapat atau lebih!!” yang akan membuat mereka bingung.

Kami nyatakan sejelas-jelasnya, kami lebih memilih Syaikh Al Albaani ketimbang ulama lainnya karena alasan ini. Yakni karena kami memandang beliau seorang alim yang sebenarnya, seorang alim mujatahid. Namun juga kami tidak melarang mengikuti mujtahid yang lain. Kami juga mengambil ilmu dari mereka dan mengikuti mereka. Kami menambah ilmu pengetahuan dari mereka. Akan tetapi kami tidak mengkhususkan salah seorang dari mereka untuk diikuti, karena nantinya akan menyerupai ittiba’ kepada al Ma’shum Shalallahu alaihi wa sallam .

Kalaupun sekarang ini kami hanya mengikuti Syaikh Nashiruddin Al Albaani, maka hal itu disebabkan kami tidak menemukan mujtahid lain di negeri kami. Oleh karena itu pula kami mengajak kaum muslimin agar sama-sama berusaha menyiapkan kondisi yang kondusif untuk melahirkan para alim mujtahid yang akan mengembalikan kemurnian agama ini, memberi mereka fatwa dengan hukum Allah dalam persoalan-persoalan dahulu dan sekarang dan mengangkat derajat mereka.

Dengan begitu diharapkan kejayaan dan kemuliaan mereka akan kembali dan mudah-mudahan hal itu segera terwujud.

Itulah alasan utama kami memilih Syaikh Al Albaani daripada yang lain, sebenarnya masih banyak alasan-alasan lainnya.

Diantaranya: Kami memandang beliau seorang alim yang bijaksana dan luas ilmunya. Beliau mengambil dari seluruh mazhab da menimba pelajaran dari ulama-ulama terdahulu. Beliau tidak fanatik kepada salah satu mazhab.

Diantaranya lagi: Syaikh Al Albaani mengikuti metodologi ilmiah yang jelas, manhaj yang shahih, yaitu menjadikan Al Qur’an dan AsSunnah sebagai hakim dalam setiap masalah. Beliau menjadikan keduanya sebagai asas dan pedoman dasar. Sementara perkataan para ulama hanyalah cabang. Beliau memilih pendapat berdasarkan dalil yang paling kuat dan membuang dalil-dalil yang lemah.

Salah satu alasannya (lagi): Kami melihat beliau memiliki ilmu yang luas, pandangan yang tajam dan pemikiran yang istiqomah, yang tidak kami dapati pada selain beliau. Disamping spesialisasi beliau dalam ilmu hadits hingga mencapai derajat yang tinggi.

Jarang sekali orang yang menguasai ilmu ini padahal sangat dibutuhkan agar pemahaman bisa lebih tepat dan ijtihad bisa lebih benar.

Muhammad Ied Abbasi

(Asy Syaibaani II/557)

Umar Abu Bakar

Judul :Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany dalam Kenangan,penerjemah Ustadz Abu Ihsan hal 183-184 ,penerbit At Tibyan.

Baca juga:

  • Mengapa memilih Syaikh Al Albaani?? Bag. 2

Posting Komentar