Demi Bertahan Hidup Anak anak Pelarian Syria Dipaksa Bekerja

29 November 2013 
Dua orang pengungsi anak-anak Syria, bermain di sebuah kem pelarian Syria   dekat kota Arbil, Irak. PBB mengatakan sekitar satu juta anak-anak Syria kini menjadi pelarian di berbagai negara dan dua juta lainnya kehilangan tempat tinggal. | SAFIN HAMED / AFP
 
 BEIRUT, KOMPAS.com — Sebuah laporan yang dirilis Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR), Jumaat (29/11/2013), menunjukkan ratusan ribu anak-anak pelarian Syria kini terpaksa menjadi pekerja demi melanjutkan hidup.

Lebih dari 70,000 keluarga Syria yang mengungsi ke Jordan  dan Lebanon datang tanpa ketua keluarga atau ayah. Sementara lebih dari 3,700 pengungsi anak-anak hidup tanpa kedua orangtua mereka.

"Hingga akhir September 2013, UNHCR mendaftarkan 2,440 anak-anak yang tak didampingi orangtua di Lebanon dan 1,320 orang di Lebanon. Jumlahnya lebih dari 3,700 orang," demikian laporan UNHCR.

Bahkan, laporan itu melanjutkan, ramai anak-anak Syria   terpaksa mengambil peranan pencari nafkah untuk keluarga mereka. Anak-anak mulai usia tujuh tahun terpaksa bekerja dengan waktu yang lama dengan pengtinjauanan minimam dengan kondisi kerja yang buruk di Jordan  dan Lebanon.  
Salah satu tempat yang mempekerjakan anak-anak Syria itu adalah toko-toko kecil di kem pelarian Zaatari, Jordan .

Abdullah (13) adalah salah satu contohnya. Dia selalu bangun pagi untuk membeli roti dari sesama pengungsi. Selanjutnya, dia menjual roti itu ke warga Jordan  untuk makanan ternak mereka.

"Jika kami tak bekerja, bagaimana kami boleh hidup," kata Abdullah dalam sebuah video yang dirilis UNHCR.

"Saya merasa seperti seorang laki-laki kerana saya bekerja. Saya menyediakan makanan untuk keluarga saya," tambah kanak-kanak itu.

Laporan UNHCR yang bertajuk "Masa Depan Syria: Krisis Pengungsi Anak-anak" merupakan survei mendalam organisasi ini sejak konflik Syria pecah pada 2011. UNHCR melakukan penelitian selama empat bulan terhadap para pengungsi Syria di Jordan  dan Lebanon. Pengungsi Syria juga ramai terdapat di Irak dan Turki.
Sumber : Al Arabiya
Editor : Ervan Hardoko

Posting Komentar